Selamat Datang di moehsoulmount.blogspot.com

Saturday, October 8, 2011

METODOLOGI PENELITIAN




HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN SISWA MI NEGERI KENDEL
KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian PAI
Dosen Pengampu : Khuriyah, S.PdI. M.Pd










Disusun Oleh :
MUH. SHOLIHIN
NIM. 26.09.3.4.013

NON REGULER
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan diri sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Oleh karena itu perlu adanya perhatian secara intensif, baik pemerintah maupun keluarga dan pengelola pendidikan khususnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan untuk mencapai hal tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek fisiologi atau jasmani (mata, telinga, peraba) serta aspek psikologi atau rohani (intelegensi, sikap, bakat, minat dan semangat).
Sedangkan faktor eksternal meliputi dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan non sosial. Faktor sosial misalnya keluarga, guru, staf, teman, dan masyarakat. Adapun yang termasuk lingkungan non sosial misalnya rumah dan sekolah. Dalam hal ini faktor sosial banyak memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik itu sendiri. Misalnya, pola asuh orang tua. Dalam pengololaan keluarga akan memberi dampak atau buruk terhadap kegiatan belajar anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda, maka sifat anak juga berbeda-beda. Setiap orang tua hendaknya menjalin hubungan yang baik, penuh pengertian, bimbingan dan dorongan yang cukup agar siswa lebih berminat dalam melakukan kegiatan dalam suatu proses belajar, yang diantaranya adalah minat siswa dalam belajar membaca Al Qur’an.
Membaca Al Qur’an merupakan merupakan pelajaran yang sering kali dianggap remeh dan tidak sedikit yang menganggap hal ini sangat sulit. Sehingga sering kali peserta didik terlihat kurang begitu berminat terhadap pelajaran ini. Hal ini terlihat dari kurangnya perhatian dan konsentrasi siswa ketika proses belajar mengajar. Untuk menghindari hal tersebut perhatian, bimbingan, dorongan dari orang tua sangatlah diperlukan. Sehingga anak akan tumbuh inisiatif, kreatif dan aktif dalam proses belajar mengajar, yang pada akhirnya diharapkan peserta didik akan mempunyai minat yang tinggi dalam membaca Al Qur’an dengan penuh rasa senang, penuh perhatian, konsentrasi dan kesadaran.

B.     Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang diantaranya adalah :
1.      Pola asuh orang tua terhadap anaknya dalam membaca Al Qur’an.
2.      Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran membaca Al Qur’an.
3.      Kurangnya minat siswa dalam belajar membaca Al Qur’an.
4.      Pelajaran membaca Al Qur’an sering dianggap remeh dan ada yang menganggap sulit.
5.      Perbedaan faktor psikologis dan fisiologis peserta didik yang mempengaruhi peserta didik tersebut dalam menerima dan memahami pelajaran.
6.      Perlunya perhatian, bimbingan dan dorongan orang tua terhadap anaknya.

C.     Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul yang penulis ambil, maka penulis menetapkan beberapa pembatasan masalah yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Minat Belajar Membaca Al Qur’an Siswa Kelas VI MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menetapkan beberapa rumusan masalah antara lain :
1.      Bagaimana pola asuh  orang tua siswa kelas IV MI Negeri Kendel, Kemusu, Boyolali.
2.      Bagaimana minat belajar membaca Al Qur’an siswa kelas VI MI Negeri Kendel, Kemusu, Boyolali.
3.      Apakah ada hubungan pola asuh orang tua terhadap minat belajar membaca Al Qur’an siswa kelas VI MI Negeri Kendel, Boyolali.

E.     Tujuan Penelitian
Adapun dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa tujuan diataranya adalah :
1.      Untuk mengetahui pola asuh orang tua terhadap siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.
2.      Untuk mengetahui minat membaca al qur’an siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.
3.      Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap minat membaca al qur’an siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.

F.      Manfaat Penelitian
1.      Dapat mengetahui pola asuh orang tua terhadap siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.
2.      Dapat mengetahui minat membaca al qur’an siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.
3.      Dapat mengetahui bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap minat membaca al qur’an siswa MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Kajian Teori
1.      Pola Asuh Orang Tua
a.       Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 763) kata “pola” berarti model, ragam cara, dan (1994 : 63) kata “asuh”, berarti membimbing, memimpin, dan menjaga anak kecil. Sedangkan menurut Elaine Danelson (1990 : 12) “mengasuh” adalah upaya membina pendidikan dan perkembangan yang sifatnya serupa dengan membantu seorang menjadi lebih baik, lebih dewasa dan sehat.
Orang tua adalah perantara bagi kita dalam kehidupan dunia ini. Melalui proses pengasuhan orang tua lah pendidikan yang pertama di alami oleh seorang anak, setidaknya dalam jangka waktu tertentu. Dalam keluarga inilah hubungan intern dilakukan untuk menuangkan kasih sayang dan pembinaan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, seperti yang di firmankan oleh Allah dalam surat At Tahrim ayat 6, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Menurut Chabib Thoha (1996 : 109) pola asuh merupakan suatu cara yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan rasa tanggung jawab kepada anak. Sedangkan           M. Alim Purwanto (1994 : 48) yang dimaksut orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Dan menurut Kohn dalam bukunya Chabib Thoha (1996 : 110) pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mendidik secara langsung yaitu bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang dilakukan secara sengaja. Mendidik secara tidak langsung adalah berupa contoh-contoh kehidupan sehari-hari melalui tutur kata sampai adat istiadan dan pola hidup, hubungan terhadap orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksut dengan pola asuh orang tua adalah suatu cara yang ditempuh oleh orang tua sebagai pendidik dengan mendidik anak baik secara lansung maupun tidak langsung.
b.      Sifat-Sifat Pola Asuh Orang Tua
Ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan sifat-sifat pola asuh orang tua yaitu diantaranya  :
1)      Menurut Sutari Imam Burnadib (1992) bahwa sifat kepemimpinan orang tua di dalam keluarga ada tiga macam yaitu :
a)      Otoriter
b)      Liberal
c)      Demokrasi
2)      Menurut Hour Louch dalam buku Chabib Thoha (1996 : 110) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu :
a)      Cara Otoriter
b)      Cara Bebas dan Liberal
c)      Cara Demokratis
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
a)      Pola Asuh Orang Tua Bersifat Otoriter
Pada pola asuh ini orang tua menentukan aturan-aturan yang mutlak di taati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk, kalau tidak memenuhi tuntutan orang tua, ia akan diancam dan dihukum. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak, tanpa menyelami keadaan anak dan sifat khusus anak, anak lebih merasa takut kalau tidak melakukan dan bukan karena kesadaran.

b)      Pola Asuh Orang Tua Bersifat Bebas atau Liberal
Pada pola asuh ini, orang tua memberikan kesempatan pada anak-anaknya untuk mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggap keterlaluan saja orang tua bertindak. Anak dibiasakan mengatur dan menemukan sendiri apa yang dianggap baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat dalam keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan. Dalam keluarga liberal ini sifat atau pribadi anak mungkin sebagai berikut :
1))    Agresif
2))    Menentang atau tidak dapat bekerja sama dengan orang tua
3))    Emosi kurang stabil
4))    Selalu berekspresi bebas
5))    Selalu mengalami kegagalan karena tidak ada bimbingan.
c)      Pola Asuh Orang Tua Bersifat Demokrasi
Pada pola asuh ini orang tua memperhatikan dan menghadapi kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak. Taraf perkembangan anak diperhatikan, begitu pula cita-cita dan minatnya.
Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, jika sesuai dengan norma-norma maka disetujui untuk dilakukan. Begitu juga sebaliknya, bila keinginan dan pendapatnya tidak disetujui maka diterangkan secara rasional dan meyakinkan perbuatannya.
Dengan sikap ini tumbuh pada anak tanggung jawab dan memperhatikan suatu tingkah laku yang menjadikan percaya diri. Anak dapat menghargai orang lain karena anak biasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah. Sifat-sifat keluarga yang demokratis antara lain :
1))  Anak aktif dalam kehidupannya.
2))  Penuh inisiatif
3))  Percaya pada diri sendiri
4))  Perasaan sosial
5))  Penuh tanggung jawab.
6))  Menerima kritik dengan terbuka
7))  Mudah menyesuaikan diri. (Chabib Thoha, 1996 : 125)
Dari ketiga pola asuh di atas, maka pola asuh yang bersifat demokratis adalah yang paling ideal. Karena orang tua memperlihatkan dan mendorong anak sesuai keadaannya.
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Dalam mengasuh dan mendidik anak, pola asuh orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
1)      Pengalaman Masa Lalu
Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka dahulu, apabila hal tersebut dirasakan ada manfaatnya. Begitu juga sebaliknya mereka tidak akan mengulangi pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan manfaatnya.
Hubungan orang tua dengan anaknya dahulu seperti raja dan hambanya. Anak harus taat dan patuh, tunduk dan sulit berbicara harus sopan dan lemah lembut dan memakai bahasa yang sulit untuk memungkapkan perasaan, pikiran dan keinginannya (Fadjar Bastama, 1996 : 132).
2)      Nilai yang Dianut Orang Tua
Orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam kehidupan mereka atau segi rohani dan lain-lain. Hal ini tentu akan berpengaruh pula dalam mendidik anak-anaknya.

3)      Tipe Kepribadian Orang Tua
Misalnya orang tua yang selalu merasa cemas kepada anaknya mengakibatkan sikap yang terlalu melindungi terhadap anaknya, sehingga anak akan merasa tergantung.
2.      Minat Belajar
a.       Pengertian Minat Belajar
Para ahli psikologi telah mendefinisikan minat dengan berbagai variasi, namun pada dasarnya merupakan pendapat yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Fadjar Bastama (1996 : 132) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa senang mempelajari materi tertentu. Apabila seorang anak masih ingin melanjutkan suatu aktifitas setelah dia menghabiskan banyak waktu untuk aktifitas itu dan merasa senang berkecimpung dalam aktifitas, maka hal itu menandakan adanya minat.
Kartini Kartono (1996 : 115) menyatakan bahwa tugas yang dikerjakan dengan penuh minat akan memberikan buah yang lebih besar dan lebih memuaskan. Lester Crow dan Alice Crow (The Liang Gie, 1996 : 129) mengatakan bahwa suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai siswa ke kelas dan menemani siswa setiap tugas studi, dengan demikian memungkinkan siswa berhasil dalam kegiatan studi.
Menurut Witherington (1993 : 135) menyatakan bahwa minat adalah kesadaran seorang siswa bahwa suatu obyek seseorang, suatu soal, atau suatu situasi mengandung sangkut paut pada dirinya.
The Liang Gie (1996 : 130) menyatakan bahwa minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu lama. Dengan demikian minat merupakan landasan bagi konsentrasi.
Jadi dapat diartikan bahwa minat merupakan suatu perasaan senang yang timbul dari dalam diri siswa yang dapat menumbuhkan konsentrasi yang membuat seseorang memusatkan perhatiannya pada obyek tertentu.  
b.      Cara Membangkitkan Minat
Minat akan muncul salah satunya dengan adanya motivasi. Motivasi merupakan tenaga yang mendorong individu untuk bertindak untuk tujuan tertentu.
Beberapa langkah menurut Sudarmanto (1993 : 4) yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, antara lain :
1)      Arahkan perhatian siswa pada tujuan yang dicapai.
2)      Pastikan tujuan belajar saat ini.
3)      Kenalilah unsur-unsur permainan siswa dalam aktifitas belajar.
4)      Rencana dan ikutilah aktifitas belajar.
5)      Bersikap positif dalam menghadapi kegiatan belajar.
6)      Gunakan seluruh kemampuan untuk mencapai target belajar tiap hari.
7)      Tanggulangilah gangguan belajar.
8)      Dapatkan bahan-bahan yang mendukung aktifitas belajar.
9)      Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan kegiatan belajar.
Menurut Sadiman A.M. (1987 – 22) bahwa minat dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut :
1)      Menghubungkan adanya suatu kebutuhan
2)      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau.
3)      Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
4)      Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Sangat pentingnya suatu minat dalam keberhasilan belajar, maka sebagai seorang pendidik kita harus mampu dan berusaha agar minat dalam diri siswa bisa tumbuh, sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar secara maksimal.

3.      Keaktifan Siswa Belajar
a.       Pengertian Keaktifan
Menurut Sriyono, dkk (1992 : 75) bahwa keaktifan meliputi jasmani dan rohani, yaitu :
1)      Keaktifan Indera
2)      Keaktifan Akal
3)      Keaktifan Ingatan
4)      Keaktifan Emosi
b.      Asas Keaktifan
Menurut Sriyono, dkk (1992 : 76) bahwa asas kaktifan meliputi :
1)      Segi Keaktifan, yaitu keaktifan siswa dalam mencoba dan mengerjakan sesuatu.
2)      Segi Pengamatan
3)      Segi Berfikir
4)      Segi Kejiwaan
Berdasarkan uraian di atas keaktifan dapat diartikan bahwa partisipasi aktif dalam suatu kegiatan belajar yang meliputi seluruh aspek yaitu jasmani dan rohani.
c.       Jenis-jenis Aktifitas Belajar
Menurut Paul B. Diedrich dalam bukunya Sadiman A.M. (1987 : 413) bahwa jenis aktifitas belajar antara lain :
1)      Visual Activities, misalnya membaca, demonstrasi, percobaan dan lai-lain.
2)      Oral Activities, misalnya bertanya, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, memberi saran.
3)      Writing Activities, misalnya mengarang cerita, laporan, angket, menyalin.
4)      Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
5)      Motor Activities, misalnya percobaan membuat konstruksi dan sebagainya.
6)      Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa.
7)      Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, gugup.
Sedagkan Menurut Moh. Uzzer Usman dan Lilis Setiawan (1993 : 89) bahwa jenis-jenis aktifitas dalam belajar antara lain :
1)      Aktifitas Visual (Visual Activities) misalnya membaca
2)      Aktifitas Lisan (Oral Activities) misalnya bercerita
3)      Aktifitas Mendengar (Listening Aktivities) misalnya mendengar ceramah.
4)      Aktifitas Gerak (Motor Activities) misalnya senam.
5)      Aktifitas Menulis (Writing Activities) misalna mengarang, membuat paper.
Dari uraian diatas bahwa aktifitas dalam kegiatan belajar cukup kompleks dan bervariasi dan memiliki bobot atau kadar berbeda. Hendaknya siswa memiliki peran dalam kegiatan belajar agar siswa lebih aktif di dalamnya.
d.      Pengertian Belajar
Menurut Nasution M.A. (1988 : 59) bahwa belajar adalah menambah ilmu pengetahuan.
Sedangkan Menurut James O. Whittaker dalam bukunya Wasti Sumanta (hal. 99) menyatakan bahwa “Learning my be difined as the prosses by which behaviour orginated or is altered the trough training or experience” yang artinya belajarn merupakan proses dimana tingkah laku ditimblkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi.
e.       Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Singgih D Gunarsa (1995 : 127-134) faktor yang mempengaruhi belajar antara lain :
1)      Faktor Fisiologis
Faktor ini yang melatar belakangi keaktifan siswa dalam belajar, yaitu faktor jasmani siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (1996 : 106) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain :
1)        Faktor Individu yang meliputi kematangan, pertumbuhan, kecerdasan, latihan , motivasi.
2)        Faktor Sosial yang meliputi lingkungan, guru, keluarga, cara mengajar, alat-alat.
Berdasarkan uraian di atas bahwa faktor individu dan sosial atau intern dan ekstern sangat berkaitan dan saling mempengaruhi hasil belajar yang baik dan meningkatkan keaktifan siswa.

B.     Kerangka Berfikir
Pendidikan yang pertama dan utama seorang anak berawal dari keluarga. Dari sinilah anak mengenal dan mempelajari hal-hal yang baru. Anak akan memperoleh pendidikan dalam keluarga melalui pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Ketika orang tua menerapkan pola asuh yang ideal maka anak akan belajar bersosialisasi dan menghadapi lingkungan sekitarnya.
Dengan pola asuh yang ideal ini pula anak akan tumbuh kesadaran pada diri anak untuk belajar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ketika kesadaran ini tumbuh dalam diri anak keinginan atau minat untuk lebih merasa senang terhadap sesuatu kegiatan, baik itu saat belajar atau berupa aktifitas tertentu. Ketika anak merasa senang untuk melakukan sesuatu dan tumbuh minat untuk melakukannya maka siswa akan lebih terdorong untuk terus berusaha agar apa yang dia inginkan bisa tercapai secara maksimal.  
Demikian halnya dalam belajar membaca Al Qur’an, ketika orang tua mengasuh atau mendidiknya dengan ideal dan memberikan pemahaman serta dorongan kepada anaknya untuk belajar membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, maka hal ini akan dapat menumbuhkan minat dan keinginan untuk belajar membaca Al Qur’an.

C.     Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang bisa saja benar dan bisa juga salah. Hipotesis yang penulis simpulkan dari uraian-uraian sebelumnya adalah “Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap minat belajar membaca Al Qur’an MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali”.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Metodologi Penelitian
Dalam penelitian kali ini peneliti

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Negeri Kendel Kemusu Boyolali pada tanggal 12 Oktober 2012 sampai dengan 12 Desember 2012.

C.     Populasi dan Sampel


D.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

E.     Teknik Analisa Data

No comments:

Post a Comment