FANTASI
1. Pengertian Fantasi
Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi berorientasi dalam alam imajinair, melampau dunia riil/nyata.
2. Klasifikasi Fantasi
a. Fantasi Disadari
Adalah fantasi yang terjadi dengan disengaja, dan ada usaha dari subjek untuk masuk ke dunia imajinair. Misal pelukis yang melukis imajinasinya, tukan pahat yang membuat patung seperti imajinasi yang dia inginkan, dan lain-lain.
b. Fantasi Tak Disadari
Adalah fantasi yang terjadi dengan tidak disengaja, misalnya seseorang menyampaikan berita yang tidak benar tetapi sebenarnya dia tidak bermaksud untuk berdusta. Hal yang demikian itu banyak terjadi pada anak-anak (dusta khayal, dusta semu). Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud berbohong.
Fantasi sengaja maupun tidak sama-sama bersifat mengabstrasikan (ada bagian-bagian yang dihilangkan), misal angan-angan tentang lapangan tanpa rumput, maka tercipta fantasi padang pasir, mendeterminasikan (berfantasi dengan skema yang sudah ada, tetapi diisi denga gambaran lain), misal gambar telaga yang diperbesar maka terciptalah fantasi lautan, dan mengkombinasikan (menggabungkan tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain), misal gambaran kepala gajah digabungkan dengan badan manusia maka terciptalah fantasi ganesha. Ketiga sifat fantasi ini semua membentuk gambaran baru. Karena itu kegiatan pembelajaran hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak secara sehat karena akan mengembangkan intelektualnya menjadi lebih bermakna dan mampu mententramkan suasana bathinya.
Menurut jenisnya, fantasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Fantasi Terpimpin
Yaitu fantasi yang mengikuti fantasi orang lain. Misalnya murid mendengarkan cerita dari guru atau membaca cerita, dan lain-lain.
b. Fantasi Mencipta
Yaitu fantasi yang menciptakan tanggapan-tanggapan yang benar-benar baru. Misalnya pengarang cerita, orang yang membuat alat permainan, dan lain-lain.
3. Nilai Praktis Fantasi
a. Memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kribadian orang lain, sehingga dapat memahami sesama manusia.
b. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya.
c. Memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu.
d. Memungkinkan orang lain untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi, melupakan kegagalan di masa lalu.
e. Memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajinair.
f. Memungkinkan manusi membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
4. Nilai-nilai Fantasi dalam Pendidikan
a. Dapat digunakan dalam pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu alam, dan sebagainya.
b. Dengan memahami fantasi kita tidak akan lekas memberikan hukuman kepada anak didik.
c. Dapat membantu atau mempengaruhi watak anak didik (fantasi terpimpin).
d. Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.
5. Kegunaan dan Bahaya Fantasi
Kegunaan fantasi dalam kehidupan :
a. Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru kita nikmati
b. Menimbulkan simpati kepada sesama manusia.
c. Dapat mengambil kemanfaatan (inti) sejarah.
d. Dapat merencanakan hidup kita di hari kemudian kelak.
e. Dapat merintangi dan mengurangi kesedihan kita
Bahaya fantasi :
a. Jika fantasi itu terjadi berlebih-lebih pada seseorang akan terjadi keputusan dalam lamunan.
b. Karena kita dikuasai fantasi akan timbul rasa berdosa.
c. Menimbulkan fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan
6. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa fantasi jug memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi manusia bisa merencanakan kehidupan yang ingin dijalaninya kelak. Dengan fantasi, manusia juga dapat menciptakan sesuatu sesuai dengan apa yang difantasikannya.
Selain itu fantasi juga dapat berakibat buruk jika berlebihan yang dapat menyebabkan seseorang terlalu larut dalam dunia fantasinya sendiri, menjadi putus asa dan lain sebagainya.
7. Rujukan
a. Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Rineka Cipta : Jakarta
b. Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
c. Ahmad, Fauzi. 1997. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.
d. Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Universitas Gajah Mada. Jakarta.
e. Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Thanks
ReplyDeleteit's good.